Red Fruit Papua / Pandanus Conoideus


Red Fruit is a kind of traditional fruit from Papua Island. Especially the people of Wamena, Papua Mountains, this fruit is called kuansu. The scientific name is Pandanus Conoideus because this plant belongs to the pandanus family plant with trees resembling pandanus, but the plant height can reach 16 meters with its own branch-free stem as high as 5-8 m which is strengthened by the supporting roots on the lower stem.

Fruit cultivars are oval in shape with buds covered with fruit leaves. Red fruit itself reaches 55 cm long, 10-15 cm in diameter, and weighs 2-3 kg. The color when ripe is bright maroon, although there are actually types of this plant that bear brown and yellowish brown fruit.

For people in Wamena, Red Fruit is served as food at the traditional stone-baked party. However, many also use it as medicine. Traditionally, Red Fruit from ancient times has been consumed for generations because it has many benefits in curing various diseases such as preventing eye diseases, intestinal worms, skin, and increasing stamina.

Buah Merah (P. conoideus) termasuk familia Pandanaceae dan merupakan tumbuhan endemik Papua yang tersebar sampai Papua New Guinea dan dapat ditemukan dari dataran rendah sampai tinggi. Diperkirakan lebih dari 30 kultivar pandan buah dapat dijumpai di Papua, masing-masing dengan nama yang berbeda tiap karakter buah dan tiap daerah. Misalnya, buah merah asal kecamatan Kelila Wamena Papua mempunyai nama lokal yang berbeda yang merujuk pada perbedaan ukuran, warna buah, warna daun, dan rasa, seperti maler, ugi, oakelu, kenen, wona, kuambir, gepe, barugum, magari, werene dan baga. Meski demikian, secara garis besar hanya empat kultivar yang banyak dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis, yaitu kultivar merah panjang, merah pendek, cokelat dan kuning.

Buah merah memiliki bentuk yang menyerupai pandan dengan tinggi mencapai 16 m, tinggi batang bebas cabang setinggi 5-8 m dan ditopang dengan akar tunjang. Buah berbentuk lonjong dengan kuncup yang tertutup daun buah. Buah merah mempunyai panjang buah mencapai 55 cm, diameter 10-15 cm, dan bobot 2-3 kg. Tanaman buah merah diperbanyak masyarakat lokal melalui biji dan bibit (pemisahan anakan ataupun stek batang).

Buah merah yang sudah masak dimanfaatkan sebagai pelengkap sayur dan salah satu unsur pelengkap dalam upacara adat bakar batu. Buah merah yang diekstraksi akan menghasilkan minyak yang digunakan untuk pewarna masakan dan bahan kerajinan, atau pengobatan (peningkat stamina, obat cacing, obat penyakit kulit, obat kanker, obat hipertensi dan obat diabet melitus). Manfaat untuk pengobatan ini didukung oleh penelitian-penelitian yang menunjukkan bahwa buah merah mengandung zat gizi bermanfaat atau senyawa aktif dalam kadar yang tinggi diantaranya betakaroten, tokoferol, serta asam lemak seperti asam oleat, asam linoleat, asam linolenat dan asam dekanoat. Kegiatan ekstraksi buah merah menghasilkan hasil sampingan yakni pasta sisa hasil ekstraksi. Limbah buah merah ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pakan karena mampu meningkatkan berat badan babi ketika ditambahkan pada pakan ternak.

Kelompok Komoditas :           Tanaman buah

Komoditas          :           Buah Merah

Nama               :           Mbarugum

Keterangan         :           Varietas Yang Dilepas

SK                 :           161/Kpts/Sr.120/3/2006, 6 Maret 2006

Original           :           Desa Mulima, Kec. Kurulu, Kab. Jayawijaya, Prop. Papua

Pemulia            :           BPSBTPH Propinsi Papua

Pemulia 2          :           Anis Lebang danAmirrudin (BPSBTPH Propinsi Papua); Jermia Limbongan, Gema Iriyanti Kore dan Simbolon Tambunan (BPTP Propinsi Papua); I Made Budi (Uncen)

Asal : Desa Maulina, Kecamatan Kurulu, Kabupaten Jayawijaya, Propinsi Papua;

Silsilah : Seleksi pohon induk;

Golongan Varietas : Klon;

Umur berbuah (dari bibit anakan) : 3 – 5 tahun;

Umum panen (dari berbuah) : 3 – 4 bulan;

Jumlah anakan per tanaman : 5 – 10 anakan;

Jumlah tanaman per rumpun : 12 – 30 tanaman;

Tinggi tanaman : 2 – 3,50 m;

Diameter batang : 20 – 40 cm;

Warna Batang : Coklat bercak putih;

Jumlah percabangan : 2 – 4 cabang;

Tinggi akar tunjang : 20 – 330 cm;

Diameter akar : 20 cm;

Warna akar : Coklat bercak putih;

Jumlah akar : 11 – 97 akar;

Permukaan akar : Berduri panjang;

Ukuran daun : Panjang 323 cm; lebar 15 cm;

Ujung daun : Bertusuk;

Pangkal daun : Merompong;

Tepi daun : Berduri jarak;

Komposisi/susunan daun : Tunggal/berseling;

Warna daun : Hijau tua;

Ketebalan daun : Tebal;

Pola pertulangan daun : Sejajar;

Bentuk bunga : Lonjong;

Warna bunga : Kemerah merahan;

Kelenturan : Lentur ;

Bentuk buah : Silindris;

Bentuk ujung buah : Meruncing;

Warna buah muda : Merah pucat;

Warna buah matang : Merah bata;

Panjang buah : 68 – 110 cm;

Diameter buah : 31,5 – 40,5 cm;

Hasil minyak : 120 cc / buah;

Rendemen minyak : 15 ;

Hasil : 10 – 15 buah/rumpun/tahun;

Identitas pohon induk tunggal : Tanaman milik Amos Wetipo, Desa Mulima, Kecamatan Kurulu, Kabupaten Jaya Wijaya, Propinsi Papua dengna No. : PUI/BM/Papua/1.337;

Perkiraan umur pohon induk : 10 Tahun;

Keterangan : Berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai tinggi dengna ketinggian 1000 – 2500 mdpl, dapat dipergunakan sebagai bahan pangan, pakan ternak, diduga berkhasiat untuk pengobatan berbagai penyakit;

Pengusul : BPSBTPH Propinsi Papua;

Peneliti : Anis Lebang danAmirrudin (BPSBTPH Propinsi Papua); Jermia Limbongan, Gema Iriyanti Kore dan Simbolon Tambunan (BPTP Propinsi Papua); I Made Budi (Uncen);


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!